Misi utama hidup manusia adalah beribadah dengan
mentauhidkan Allah. Namun seseorang tidak akan mampu mentaudkan Allah kecuali
ea mengenal Allah dengan pengenalan yang sebenar-benarnya. Mengenal Allah
berarti mengenal keberadaan Allah. Mengenal Allah berarti mengenal kedudukan
Allah atas mekhluk-Nya. Mengenal Allah berarti mengenal Asma wa Sifat-Nya.
Mengenal Allah berarti mengenal bentuk-bentuk pelanggaran terhadap hak-hak-Nya.
1. Allah sebagai Al-Khalik
Firmar Allah SWT :
هُوَ اللهُ الْخَالِقُ
الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ, لَهُ اْلأَسْمَاءُ الْـحُسْنَي, يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.
Dialah Allah
yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul
Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. Al-Hasr 59 : 24)
Adanya alam semesta dan seuruh isinya ini, serta
kesempurnaan sistem yang ada di dalam-Nya adalah bukti keberadaan Allah sebagai
Al-Khalik. Karena tidak mungkin semuanya ada dengan sendirinya tetapi pasti ada
yang menciptakannya, dan pencipta satu-satunya adalah Allah SWT.
2. Allah pencipta segala sesuatu
Katakanlah: "Allah
adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa". (Qs Ar-Ra’ad
(13) : 16)
Allah adalah
Al-Khalik, pencipta segala sesuatu, pencipta langit dan bumi. Keberadaan-Nya
sebagai pencipta alam semesta Dia ungkapkan dengan “khalaqas samaawati wal
ardhi” (Dia menciptakan langit dan bumi)
Sedangkan
keberadaan-Nya sebagai pencipta manusia Dia ungkapkan dengan pernyataan
“Khalaqal Insaan” atau “ Khalaqnal Insaana” (Mencipta manusia), “Khalaqakum”
(menciptakan kamu). Dia jugalah yang menciptakan segala sesuatu “Khaaliqu kulli
syain” baik di alam ghaib dan alam syahadah.
Seluruh langit
dan bumi serta seluruh makhluk yang ada diantara keduanya, Dia ciptakan dengan
kekuasaan-Nya, sendirian, tanpa saham atau bantuan sedikitpun dari makhluk-Nya,
tanpa rasa lelah atau capai sedikitpun. Itulah kebesaran Allah sebagai Maha
Pencipta.
Dan Sesungguhnya telah
Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa,
dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan. (Qs. Qaaf : 38)
Untuk menghilangkan keraguan para pengingkar, yaitu
pera penyembah berhala atau orang-orang yang merasa hebat, Allah telah
menantang mereka, untuk menunjukan sedikit saja saham mereka dalam penciptaan,
baik di langit atau di bumi.
Pehatikan ayat berikut ini :
Katakanlah: "Terangkanlah kepada-Ku tentang
sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. perlihatkanlah kepada-Ku
(bahagian) manakah dari bumi ini yang telah mereka ciptakan ataukah mereka
mempunyai saham dalam (penciptaan) langit atau Adakah Kami memberi kepada
mereka sebuah kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterangan yang jelas
daripadanya? sebenarnya orang-orang yang zalim itu sebahagian dari mereka tidak
menjanjikan kepada sebahagian yang lain, melainkan tipuan belaka". (Qs.
Al-Fathir : 40)
Tidak
ada sedikitpun saham mereka dalam penciptaan, bahkan walau hanya selmbar sap
nyamuk. Bahkan mereka sendiri adalah makhluk yang diciptakan. Maha besar Allah,
Rabb yang Maha Kuasa.
Hai manusia, telah
dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya
segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor
lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. dan jika lalat itu merampas
sesuatu dari mereka, Tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu.
Amat lemahlah yang menyembah dan Amat lemah (pulalah) yang disembah. (Qs.
Al-Hajj : 73)
Kalau demikian, lalu
kenapa manusia menjadi penentang Allah, menyimpang dari jalan-Nya, menyembah
berhala dan hawa nafsu mereka sendiri?
bersambung .....
Allah pencipta yang Maha Sempurna
Firman Allah SWT :
اَلَّذِيْ أَحْسَنَ كُلَّ شَيْئٍ خَلَقَهُ
“Yang
membuat segala seuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya …”. (Qs. As-Sajadah : 7)
Allah adalah
pencipta yang Maha Sempurna. Kesempurnaan ciptaan Allah meliputi desain dan
system yang sempurna, yaitu:
1.
Seluruh makhluk ciptaan-Nya Dia ciptakan dalam keadaan
terbai, tidak ada yang cacat. Semua dalam keserasian dan keseimbangan yang
tiada tara.
مَاتَرَي فِي خَلْقِ
الرَّحْـمَانِ مِنْ تَفَاوُتٍ
“Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang”. (Qs. Al-Mulk
: 3)
2.
Seluruh makhluk ciptaan-Nya Dia ciptakan dengan hikmah
dan tujuan yang hak. Jadi tidak ada satu makhlukpun yang Dia ciptakan dengan
bathil, percuma, atau sia-sia tanpa tujuan dan misi
وَمَاخَلَقْنَاالسَّمَاوَاتِ
وَاْلأَرْضَ وَمَا بَيْنَـهُمَا إِلاَّ بِاْلـحَقِّ
“Dan
tidaklah kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya,
melainkan dengan tujuan yang benar”. (Qs. Al-Hijr : 85)
وَمَاخَلَقْنَاالسَّمَاوَاتِ
وَاْلأَرْضَ وَمَا بَيْنَـهُمَا بَاطِلاً
“Dan
tidaklah kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya,tanpa hikmah”. (Qs. Shad : 27)
وَمَاخَلَقْنَاالسَّمَاوَاتِ
وَاْلأَرْضَ وَمَا بَيْنَـهُمَا لاَعِبِـيْنَ
“Dan
tidaklah kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
dengan main-main”. (Qs. Al-Anbiya : 16 ó Ad-Dukhan : 38)
3.
Seluruh makhluk Ciptaan-Nya Dia ditetapkan dengan
kadar ukuran yang pas. Tidak ada yang berlebihan dan tidak ada yang berkurang.
إِنَّ كُلَّ شَيْئٍ
خَلَقَهُ بِقَـدَرٍ
“Sesungguhnya
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (Qs. Al-Qomar : 49)
4.
Seluruh makhluk ciptaan-Nya Dia ciptakan berdasarkan
ilmu-Nya. Jadi tidak berdasarkan kebetulan atau dengan kelalaian, tetapi
semuanya telah dirancang dengan perencanaan yang kokoh berdasarkan ilmu Allah
yang Maha Sempurna dan tidak tergoyahkan.
وَمَاتَـخْرُجُ مِنْ
ثَمَرَاتٍ مِنْ أَكْمَامِهَا وَمَاتَـحْمِلُ مِنْ أُنْثَي وَلاَ تَضَعُ إِلاَّ
بِعِلْمِهِ
“Dan
tidak ada buah-buahan keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuanpun
mengandung dan tidak (pula) melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya”.
(Qs. Fushilat : 47)
5.
Seluruh makhluk ciptaan-Nya Dia ciptakan dengan batas
waktu yang telah ditetapkan.
مَا خَلَقْنَاالسَّمَاوَاتِ
وَاْلأَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَا إِلاَّ بِاْلـحَقِّ وَأَجَلٍ مُّسَمًّى
“Kami
tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan
dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan”. (Qs. Al-Ahqof :
16)
4. Kedudukan Allah terhadap makhluk ciptaan-Nya
"Dia
menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam
atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan,
masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. ingatlah Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun. Dia menciptakan kamu
dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan
untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan
kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang
(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan.
tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Qs. Azzumar : 5-6)
[1306] Tiga kegelapan
itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam
selaput yang menutup anak dalam rahim.
Allah sebagai Al-Khalik
memiliki kedudukan dan fungsi khusus terhadap makhluk ciptaan-Nya. Pada ayat
diatas dijelaskan, setelah menciptakan alam semesta dan manusia, maka Allah
adalah Rabb, Pemilik Mulk (kekuasaan) dan Sesembahan. Sedangkan kedudukan Allah
secara khusus terhadap manusia dinyatakan dalam surah An-Naas sebagai berikut :
“Katakanlah: “Aku berlindung
kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja (Malik) manusia. Sesembahan
(Ilah) manusia.” (Qs. An-Naas: 1-3)
Muhammad bin Abdul Wahab rhm
dalam tafsir surah An-Naas telah menerangkan kedudukan tiga kalimat Rabb, Malik
dan Ilah sebagai berikut:
“Ketiga rangkaian kalimat
diatas meliputi seluruh kaidah-kaidah iman. Terangkum di dalamya seluruh makna
Asmaul Husna. Perinciannya sebagai berikut:
Ar-Rabb berarti Dialah
Al-Qodir (yang maha kuasa) Al-Khalik (yang maha menciptakan), Al-Bari’ (yang
mengadakan), al-Mushowwir (yang membentuk rupa), al-Hayyu (yang maha hidup),
al-Qoyyum (yang berdiri sendiri), al-‘Alim (yang maha mengetahui), as-Sami’
(yang maha mendengar), al-Bashir (yang maha melihat), al-Muhsin (yang member
kebaikan), al-Mun’im (yang memberi nikmat), al-Jawad (yang maha penyantun),
al-Muthi’ (yang maha member), an-Naafi’ (yang maha member manfa’at), ad-Dhaar
(yang menurunkan mudhorot), al-Muqodim (yang maha mendahului), al-Muakhir (yang
maha akhir), yang memberi hidayah dan yang menyesatkan, yang member kebahagiaan
dan yang membuat celaka, yang memulikan dan yang menghinakan dan makna
rububiyyah lainnya.
Al-Malik berarti Dialah
yang memerintah, yang melarang, yang memuliakan dan merendahkan, yang berhak
mengatur urusan hamba-hamba-Nya menurut kehendaknya dan membolak-balikan mereka
menurut kehenda-Nya, dialah Al-Aziz (yang maha perkasa), al-Jabbar (yang maha
kuasa), al-Mutakabbir (yang
memiliki segala keagungan), al-Khafidz (yang merendahkan), ar-Raafi’ (yang
meninggikan), al-Muiz (yang memuliakan), al-Mudzil (yang menghinakan), al-Adzim
(yang maha agung), al-Jalil (yang Maha Mulia), al-Wali (yang Maha Melindungi),
al-Muta’al (yang Maha Tinggi), al-Malik (yang Maha Berkuasa), al-Muqshith (yang
Maha Adil), dan al-Jami’ (yang Maha Sempurna) dan Asmaul Husna linnya yang
kembali kepada makna kemaha kuasaan-Nya.
Al-Ilah
berarti Dialah yang memiliki seluruh sifat yang sempurna dan agung. Terangkum
didalamnya seluruh Asmaul Husna. Oleh sebab itu, menurut pendapat yang shahih
lafdzul dzalalah (Allah) berasal dari kata Al-Ilah. Dan nama Allah mencakup
seluruh makna-makna Asmaul Husna dan sifat Al-Ulya (yang Maha Tinggi). Dan
rahasia Kalam Allah teramat agung dan mulia untuk dapat diungkapkan oleh akal
manusia. Kemampuan maksimal ahli ilmu hanyalah sebatas menjadikannya sebagai
petunjuk kepada rahasia yang tersembunyi dibalik asma dan sifat-Nya. (Muhammad
bin Abdul Wahab, Tafsir Surat An-Naas dan Al-Falaq: 26-28)
bersambung .....
0 komentar:
Bismillahirrahmaanirrohiim
Sialahkan menanggapi dengan bahasa yang baik dan sopan... !