Diberdayakan oleh Blogger.

Al Ilmu

Sabtu, 26 Januari 2013


اَلْعِلْمُ

MUQODDIMAH


Islam menuntun setiap pemeluknya untuk senantiasa memahami dan mempelajari setiap ajaran-ajarannya. Bahkan Islam mencela dan melarang kepada setiap pemeluknya mengikuti sesuatu perkara tanpa dilandasi ilmu pengetahuan tentangnya. Allah berfirman:

وَلاَ تَقْفُ مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَاْلبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلٌّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Qs. 17:36)
Dari hal yang sangat mendasar (tauhid) sampai dengan hal ibadah Islam mendorong umatnya untuk memahami secara baik akan hal ini. Perhatikan ayat berikut :

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلـمُؤْمِنَاتِ وَاللهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungganya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”. (Qs. 47:19)

PENGERTIAN ILMU


1.      Secara bahasa bersal dari kata
عَلِمَ – يَعْلَمُ – عِلْمًا mengetaui,memahami, mempelajari :
2.      Secara Istilah
Ilmu itu adalah penjelasan terhadap sesuatu hal yang tidak di ketahuinya senhingga dapat dimengerti/dipahami. (Jurzani, at- ta’rif)
Ilmu yang di maksud dalam hal ini adalah Ilmu yang menghantarkan seseorang untuk memahami tetantang Al-Kitab dan Keimanan
Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.
Penjelasan beberapa ulama tentang pengertian Al-Ilmu :

Ø  Dalam kitab Usulusts Tsalatsah yang di tahqiq (di benarkan) oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dikatakan “wajib hukumnya bagi setiap muslim dan muslimat memahami 4 perkara dalam Islam yaitu Ilmu, Amal, Dakwah dan Sabar”.
Ø  3 perkara yang mendasar tentang Ilmu yaitu memahami Allah, Rasul dan Agama (Ad-Diin)
Ø  Ibnu Al-Qayyim Aj-Jauziah dalam kitab I’lamul Muwaqqi’in, “Ilmu itu adalah pengetahuan yang dihasilkan/diperoleh dari dalil (ket secara syar’i)”.
Ø  Dalam Tafsir Al-Qurtubi jilid 4 hal 116, Ilmu adalah At-Tauhid (ilmu yang paling mendasar)
Ø  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu Al-Fatwa, telah berkata Yahya bin Amr: Ilmu itu ada 5:
1.      Ilmu yang merupakan kehidupan bagi agama yaitu ilmu tauhid
2.      Ilmu yang merupakan santapan agama yaitu ilmu tentang Al-Qur’an dan Hadits
3.      Ilmu yang merupakan obat agama yaitu ilmu fatwa
4.      Ilmu yang merupakan penyakit agama yaitu ilmu kalam dan ilmu bid’ah
5.      Ilmu yang merupakan kebinasaan bagi agama yaitu ilmu sihir
Ø  Menurut Imam Bukhori dalam kitabnya, bab Al-Ilmu Qoblal Qoul wal ‘Amal (Ilmu 'itu sebelum berkata dan beramal) Qs. 47:19
Tentan perkataan Umar bin Mahmud dalam kitab Ar-Roddu Al-Atsary ‘Alal Baijury (Juz 1 hal 68)
“Bahwa Ilmu itu adalah Al-Qur’an dan Assunah”.

KEWAJIBAN MENUNTU ILMU  

Karena pentingnya tentang orang yang berilmu (‘alim) pengetahuan dan begitu berbahayanya orang yang tidak berpengetahuan (jahil), maka Islam mewajibkan kepada umatnya untuk senantiasa menuntu ilmu. Dibawah ini ada beberapa ayat dan hadits tentang kewajiban menuntut ilmu.
  • Qs. 96 : 1-3           perintah untuk membaca
    Qs. 47 : 19 perintah untuk mengetahui (berilmu) bahwa tiada Illah kecuali Allah
    Qs. 2 :31    Nabi Adam dibekali ilmu pengetahuan
    Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya “Menuntut Ilmu (belajar) itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam laki-laki dan perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Bar) 

    FUNGSI ILMU
     
    1.      Sebagai landasan Iman Qs. 22 : 54. Keimanan harus berlandaskan ilmu dan tidak boleh berprasangka/menduga-duga Qs. 10 : 36
    2.      Sebagai landasan Amal Qs. 17 : 36
    Dalam hadits Bukhari :
    مَنْ عَمِلَ بِـمَا عَلِمَ عَلَّمَهُ اللهُ مَالَـمْ يَعْلَمْ
    “Barang siapa yang beramal berdasarkan ilmu pengetahuan niscaya Allah akan mengajarkan sesuatu yang belum di ketahuinya”.

    KEDUDUKAN ORANG YANG BERILMU
    1.      Ditinggikan derajatnya Qs. 58 : 11
    2.      Tidak sama dengan orang biasa/umum lainnya Qs. 3 : 18

    KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
    1.      Dapat mengambil pelajaran dari Al-Qur’an Qs. 3 : 7
    2.      Dapat memahami perumpamaan Qs. 2 : 26
    3.      Menumbuhkan rasa takut (khauf) kepada Allah Qs. 35 : 28
    4.      Tidak sama orang yang buta dengan orang yang melihat (berilmu) Qs. 35 : 19-22
    5.      Berada dijalan Allah sampai ia kembali
    مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيْلِ اللهِ حَتَّي يَرْجِعَ
    “Barang siapa yang keluar utnuk menuntut ilmu maka ia berada dijalan Allah sampai ia kembali pulang”. (HR. At-Tirmidzi, Kitab ilmi, no. 2572)
    6.      Dimudahkan jalan masuk surga
    مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا اِلَي الْـجَنَّةِ
    “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga “.(HR. Muslim, Kitab dzikir no. 4867)
    مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ اْلآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ (الحـديث)
    “Barang siapa yang menghendaki dunia maka hendaklah ia berilmu, barang siapa yang menghendaki kesuksesan akhirat maka hendaklah ia berilmu, dana barang siapa menghendaki keduanya maka hendaklah ia berimu”. (Al-Hadits)
    “Apabila anak adam itu meninggal maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga perkara, shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh”. (HR. Muslim)
    “Jadilah kamu orang yang belajar atau pendengar atau pencinta (ilmu) dan jangan menjadi yang kelima maka celakalah kamu”. (HR. Baihaqi)

    ANCAMAN BAGI ORANG YANG TIDAK MAU MENUNTUT ILMU

    1.      Terjerumus kedalam kemusyrikan (Qs. 31 : 150
    2.      Tersesat (Qs. 17:36)
    3.      Menjadi masyarakat jahiliyah. Dalam Fathul Majid:
    “Berpalingnya dari ilmu yang diturunkan Allah dan Rasulnya namun berpegang teguh kepada taklid dan adat”. (Qs. 5:104)
    4.      Disamakan dengan binatang ternak. (Qs. 7:179)
    5.      Dalam hadits At-Turmudzi:
    “Ingat bahwa dunia itu dilaknat dan dilaknat pula apa-apa yang ada didalamnya kecuali dzikrullah dan apa-apa yang menyertainya dan orang alim atau orang yang senantiasa belajar”.

    METODE MENUNTUT ILMU

    1.      Qiro’ah wal Kitabah (Qs. 96:1-5)
    2.      At-Ta’allum. Al-Ilmu bit ta’allum (mukhtarul hadits) “Ilmu itu didapat dengan bel”jar".
    3.      Bertanya (As-Su’al) pada akhlinya (Qs. 16:43)

    KESIMPULAN

    Berdasarkan penjelasan diatas ilmu yang palilng asasi adalah ilmu Tauhidullah, yaitu ilmu yang menjelaskan tentang tidak sahnya amal kecuali jika dilandasi oleh penetapan keyakinannya bahwa hanya Allah saja yang harus diikuti, dita’ati atau diibadahi. Firman Allah didalam Al-Qur’an : (Qs. 6:88, Qs. 98:5, Qs. 3:64, Qs. 4:124)


    وَاللهُ اَعْلَمُ بِالصَّوَّابِ




 


GHOZWUL FIKRI

1. Landasan


وَلَنْ تَرْضَي عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلاَالنَّصَارَي حَتَّي تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ. قُلْ إِنَّ هُـدَى اللهِ هُوَ الْـهُـدَى. وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ اْلعِلْمِ, مَالَكَ مِنَ اللهِ مِنْ وَّلِيِّ وَّلاَ نَصِيْرٍ
 
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Qs. 2 : 120)



وَدَّ كَثِيْرٌ مِنْ اَهْلِ اْلكِتَابِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيْـمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ أَنْفُسِـهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَـهُمُ اْلـحَقُّ. فَاعْفُوْا وَاصْفَحُوْا حَتَّي يَأْتِيَ الله ُبِأَمْرِهِ, إِنَّ اللهَ عَلَي كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ


Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya[(keizinan memerangi dan mengusir orang Yahudi)]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Qs. 2 : 109)

"........ mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". (Qs. 2:217)

TANGGA TAQWA

Rabu, 23 Januari 2013

Secara umum, manusia salah memahami bahwa derajat Muttaqiin bisa dicapai hanya dengan amal-amal ibadah (hablum minallah) semata tanpa amal soleh atau amal hablum minannas. Dengan pemahaman seperti itu akhirnya mereka memisahkan antara agama dan dunia, antara masjid dan pasar, antara shalat dan jual beli, dan lain-lain. Sehingga untuk mencapai derajat muttaqin, mereka sibuk shalat dan berdo'a saja. Padahal menegakan qishos pun merupakan tangga taqwa. Meninggalkan tabapun merupakan tangga taqwa. Melakukan Jihad Fisabilillahpun merupakan tangga taqwa. Demikian juga memenuhi hak-hak sesama muslim pun merupakan tangga taqwa dan seterusnya.

Mari Perhatikan Ayat-Ayat Allah berikut :

  1. "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa". (Qs. Al-Baqoroh : 21)
  2. "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa". (Qs. Al-Baqarah : 183)
  3. "Dan didalam Qishas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertaqwa". (Qs. Al-Baqarah : 179)
  4. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan". (Qs. Ali-Imron : 130)
  5. "Bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa". (Qs. Al-An'am : 153)
  6. "Sesunggunya orang-orang mu'min dalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat". (Qs. Al-Hujurat : 10)
Jadi, antara amal ibadah dan amal shaleh tidak dapat dipisahkan sama sekali. Keduanya adalah saran untuk menyongsong turunnya karunia Allah. Sehingga dengan melakukan ibadah dan amal-amal shalehlah, Allah akan menurunkan karunia-Nya, yaitu derajat yang tinggi di muka bumi, akan dijadikan pewaris dan penguasa di muka bumi. Ini adalah janji Allah, ketetapan Allah, dan taqdir Allah. Dan janji Allah adalah pasti, bahwa bumi ini diwariskan untuk hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal shaleh, bukan kepada hamba-hamba yang hanya khusu' shalat dan do'a belaka. Sekali lagi, iman dan amal shaleh. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya, antara lain:

وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُوْرِ مِنْ بَعْـِد الذِّكْرِ أَنَّ اْلاَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُوْنَ , إِنَّ فِي هَذَا لَبَـلغًا لِّقَوْمٍ عَابِدِيْنَ

"Dan sungguh telah kami tulis dalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasannya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang shaleh". Sesunggunya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah Allah". (Qs. Al-Anbiya : 105-106)


NILAI MANUSIA

Selasa, 22 Januari 2013



اَلَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْـحَيَاةَ لِيَـبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيْزُ اْلغَفُوْرُ
 
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". (Qs. Al-Mulk : 2)

KHOIRUL BARIYAH

Sebagaimana kita fahami, bahwa salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menjalani ujian, sehingga Allah mengetahui saiapa yang terbaik amalnya 'Liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalan'. Dari dasar ini, jelas bawha nilai manusia tergantung dari amalnya.


lihat penjelasannya pada ayat-ayat berikut :


وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَ الله ُعَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ
   
"Dan katakanlah! Bekerjalah kamu sekalian, maka Allah akan melihat hasil usaha kamu, demikian Rasul-Nya dan juga orang-orang yang beriman"". (Qs. At-Taubah : 105)

قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوْا عَلَي مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَ

"Katakanlah! Hai kaumku, bekerjalah kamu pada tempat kamu masing-masing, sesungguhnya aku juga bekerja, nanti kamu akan melihat hasil yang kamu usahakan". (Qs. Az-Zumar : 39)

وَلِكُلِّ دَرَجَاتٌ مـِمَّا عَمِلُوْا وَلِيُوَفِّيْهِمْ أَعْمَالَـهُمْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُوْنَ

"Dan kemuliyaan (derajat) tiap-tiap orang itu diukur dari amalnya, agar mereka dibalasi dengan amal-amalannya sedang mereka tidak dirugikan". (Qs. Al-Ahqof : 19)

BENTUK AMAL


Aqidah

Selasa, 15 Januari 2013

Bagian ini adalah bagian yang paling banyak diperhatikan dan ditekankan dalam syari’at Al Qur’an. Bahkan permasalahan ini telah disatukan dengan segala urusan setiap muslim dan dijadikan sebagai tujuan dari segala gerak dan langkah kehidupan mereka. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Az Dzariyat: 56)
Dan pada ayat lain Allah berfirman,
“Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kepadamu sesuatu yang diyakini (ajal/kematian).” (QS. Al Hijr: 99)
Inilah akidah Al Qur’an, yaitu beribadah hanya kepada Allah Ta’ala dan meninggalkan segala macam bentuk peribadatan kepada selain-Nya, baik peribadatan dengan pengagungan, kecintaan, rasa takut, harapan, ketaatan, pengorbanan, atau lainnya. Allah Ta’ala berfirman,

ZINA

Di antara tujuan syariat adalah menjaga kehormatan dan keturunan, karena itu syariat Islam mengharamkan zina, Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu sesuatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (Al Isra’ : 32)
Bahkan syariat menutup segala pintu dan sarana yang mengundang perbuatan zina. Yakni dengan mewajibkan hijab, menundukkan pandangan, juga dengan melarang khalwat (berduaan di tempat yang sepi) dengan lawan jenis bukan mahram dan sebagainya.
Pezina muhshan (yang telah beristri) dihukum dengan hukuman yang paling berat dan menghinakan. Yaitu dengan merajam (melemparnya dengan batu hingga mati). hukuman ini ditimpakan agar merasakan akibat dari perbuatannya yang keji, juga agar setiap anggota tubuhnya kesakitan, sebagaiman dengannya ia menikmati yang haram.

MASUK MASJID SEHABIS MAKAN BAWANG MERAH, BAWANG PUTIH ATAU SESUATU YANG BERBAHU TAK SEDAP.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki Masjid (Al A’raf : 31)
Jabir Radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa makan bawang putih atau bawang merah hendaknya ia menjauhi kami, atau beliau bersabda : hendaknya ia menjauhui mesjid kami dan diam di rumahnya” (HR Al Bukhari, lihat Fathul Bari : 2/339)
Dalam riwayat Muslim disebutkan:
“Barangsiapa makan bawang merah dan bawang putih dan bawang bakung maka janganlah mendekati masjid kami, sesungguhnya malaikat merasa terganggu dengan sesuatu yang anak Adam merasa terganggu dengannya” (HR Muslim :1/395)
Suatu ketika Umar bin Khathab Radhiallahu’anhu berkhutbah Jum’at, dalam khutbahnya ia berkata :
“…kemudian kalian wahai manusia, memakan dua pohon yang aku tidak memandangnya kecuali dua hal yang buruk (baunya) yakni bawang merah dan bawang putih. Sungguh aku melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam apabila mendapatkan bau keduanya dari seseorang dalam masjid, beliau memerintah orang tersebut keluar ke padang luas. Karena itu barangsiapa memakannya hendaknya mematikan (bau) keduanya dengan memasaknya” (HR Muslim : 1/396)
Termasuk dalam hal ini adalah mereka yang langsung masuk masjid usai bekerja, lalu ketiak dan kaos kaki mereka menyebarkan bau tak sedap.
Lebih buruk lagi adalah orang-orang yang membiasakan diri merokok yang hukumnya adalah haram. Kemudian mereka masuk masjid dan menebarkan bau yang mengganggu hamba-hamba Allah, para malaikat dan mereka yang shalat.

MENDAHULUI IMAM SECARA SENGAJA DALAM SHALAT

Di antara tabiat manusia adalah tergesa-gesa dalam tindakannya, Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
“Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (Al Isra’ : 11)
Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
Pelan-pelan adalah dari Allah, dan tergesa-gesa adalah dari syaitan” [Hadits riwayat Baihaqi dalam As Sunanul kubra : 10/ 104; dalam As Silsilah As Shahihah hadits no : 1795]
Dalam shalat jamaah, sering orang menyaksikan di kanan kirinya banyak orang yang mendahului imam dalam ruku’ dan sujud takbir perpindahan bahkan hingga mendahului salam imam. Mungkin dengan tak disadari, hal itu juga tarjadi pada dirinya sendiri.
Perbuatan yang barangkali dianggap persoalan remeh oleh sebagian besar umat Islam itu oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam diperingatkan dan diancam secara keras, dalam sabdanya :

BANYAK MELAKUKAN GERAKAN SIA-SIA DALAM SHALAT

Sebagian umat Islam hampir tak terelakkan dari bencana ini, yakni melakukan gerakan yang tak ada gunanya dalam shalat. Mereka tidak mematuhi perintah Allah dalam firmanNya :
“Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’ (Al baqarah : 238)
juga tidak memahami firman Allah :
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya” (Al Mu’minuun : 1-2)
Suatu saat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam ditanya tentang hukum meratakan tanah ketika sujud. Beliau menjawab :
“Jangan engkau mengusap sedang engkau dalam keadaan shalat, jika (terpaksa) harus melakukannya maka (cukup) sekali meratakan kerikil [Hadits riwayat Abu Dawud 1/ 581; dalam shahihil jami’ hadist no : 7452 (Imam Muslim meriwayatkan hadits senada dari Muaiqib, ket : Syaikh Bin Baz)]
Para ulama menyebutkan, banyak gerakan secara berturut-turut tanpa dibutuhkan dapat membatalkan shalat. Apa lagi jika yang dilakukan tidak ada gunanya dalam shalat. Berdiri di hadapan Allah Subhanahu wata’ala sambil melihat jam tangan, membetulkan pakaian, memasukkan jari ke dalam hidung, melempar pandangan ke kiri, kanan, atau ke atas langit. Ia tidak takut kalau-kalau Allah mencabut penglihatannya, atau syaitan melalaikannya dari ibadah shalat.

TIDAK THUMA’NINAH DALAM SHALAT

Di antara kejahatan pencurian terbesar adalah pencurian dalam shalat. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :.
“Sejahat-jahat pencuri adalah orang yang mencuri dalam shalatnya, mereka bertanya : “ bagaimana ia mencuri dalam shalatnya? Beliau menjawab : (Ia) tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya [Hadits riwayat Imam Ahmad, 5 / 310 dan dalam Shahihul jami’ hadits no : 997]
Thuma’ninah adalah diam beberapa saat setelah tenangnya anggota-anggota badan. Para Ulama memberi batasan minimal dengan lama waktu yang diperlukan ketika membaca tasbih. Lihat fiqhus sunnah, sayyid sabiq : 1/ 124 (pent)
Meninggalkan Thuma’ninah, tidak meluruskan dan mendiamkan punggung sesaat ketika ruku’ dan sujud, tidak tegak ketika bangkit dari ruku’ serta ketika duduk antara dua sujud, semuanya merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh sebagian besar kaum muslimin. Bahkan hampir bisa dikatakan, tak ada satu masjid pun kecuali di dalamnya terdapat orang-orang yang tidak thuma’ninah dalam shalatnya.
Thuma’ninah adalah rukun shalat, tanpa melakukannya shalat menjadi tidak sah. Ini sungguh persoalan yang sangat serius. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

Duduk bersama orang-orang munafik atau fasik untuk beramah tamah.

Banyak orang lemah iman bergaul dengan sebagian orang fasik dan ahli maksiat, bahkan mungkin bergaul pula dengan sebagian orang yang menghina syariat Islam, melecehkan Islam dan para penganutnya.
Tidak diragukan lagi, perbuatan semacam itu adalah haram dan membuat cacat akidah, Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain, dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka jangnlah kamu duduk bersama orang-orang yang zhalim itu sesudah teringat (akan larangan itu) (Al An’am : 68).
Karenanya, jika keadaan mereka sebagaimana yang disebutkan oleh ayat di muka, betapapun hubungan kekerabatan, keramahan dan manisnya mulut mereka, kita dilarang duduk bersama mereka, kecuali bagi orang yang ingin berdakwah kepada mereka, membantah kebatilan atau mengingkari mereka, maka hal itu dibolehkan. Adapun bila hanya dengan diam, atau malah rela dengan keadaan mereka maka hukumnya haram. Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
“Jika sekiranya kamu ridha kepada mereka maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik” (At Taubah : 96)

Bersumpah dengan nama selain Allah.

Allah bersumpah dengan nama apa saja yang Ia kehendaki dari segenap makhlukNya. Sedangkan makhluk, mereka tidak di bolehkan bersumpah dengan nama selain Allah. Namun bila kita saksikan kenyataan sehari-hari, betapa banyak orang yang bersumpah dengan nama selain Allah.
Sumpah salah satu bentuk pengagungan. Karenanya ia tidak layak diberikan kecuali kepada Allah Tabaroka wata’ala. Dalam sebuah hadits marfu’ dari Ibnu Umar diriwayatkan :
“Ketahuilah, sesungguhnya Allah melarang kalian bersumpah dengan nama nenek moyangmu. Barang siapa bersumpah hendaknya ia bersumpah dengan nama Allah atau diam [Hadits riwayat Al Bukhari, lihat Fathul Bari : 11/ 530]
Dan dalam hadits Ibnu Umar yang lain :
“Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah maka dia telah berbuat syirik” (HR Imam Ahmad:2/ 125, lihat pula shahihil jami’:6204)
Dalam hadits lain Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“ barang siapa bersumpah demi amanat maka dia tidak termasuk golonganku” (HR abu Dawud :no: 3253 dan silsilah Ash Shahihah :94)
Karena itu tidak boleh sumpah demi Ka’bah, demi amanat, demi kemuliaan, dan demi pertolongan. Juga tidak boleh bersumpah dengan berkah atau hidup seseorang. Tidak pula dengan kemuliaan Nabi, para wali, nenek moyang, atau anak tertua. Semua hal tersebut adalah haram.
Barangsiapa terjerumus melakukan sumpah tersebut maka kaffaratnya (tebusannya) adalah membaca : laa Ilaaha Illallah sebagaimana tersebut dalam hadits shahih :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Al-Islam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger