Sejarah Shalat
Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Dirikanlah sholat, sungguh ini merupakan
kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman
- Qs. 4
an-nisaa’ :103-
104
Hai orang-orang yang beriman, Ruku’ dan sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu ;
Berbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapatkan kemenangan - Qs. 22 al-hajj : 77
Istilah Sholat berasal dari kata kerja Shalaah
(yang menyatakan suatu perbuatan) dan orang yang melakukannya disebut Mushallin,
sementara pusat tempat melakukannya disebut Musholla.
Kecuali bagi orang yang mushollin (yang
mengerjakan sholat)
– Qs. 70
al-Ma’arij : 22
Jadikanlah sebagian dari maqam Ibrahim itu
musholla (tempat sholat)
– Qs. 2 al-Baqarah:
125
read more Sholat merupakan suatu perbuatan memuliakan Allah yang menjadi suatu tanda syukur kaum muslimin sebagai seorang hamba dengan gerakan dan bacaan yang telah diatur khusus oleh Nabi Muhammad Saw yang tidak boleh dirubah kecuali ada ketentuan-ketentuan yang memang memperbolehkannya[1].
Perintah sholat sendiri sudah harus
diperkenalkan sejak dini kepada generasi muda Islam agar kelak dikemudian hari
mereka tidak lagi merasa canggung, malu atau malah tidak bisa
melakukannya.
Dari Amer bin Syuaib dari ayahnya dari
kakeknya, berkata :
Rasulullah Saw bersabda: ‘Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan
sholat disaat mereka berumur 7 tahun dan pukullah mereka jika tidak
mengerjakannya saat mereka berumur 10 tahun’
- Hadis Riwayat Ahmad dan abu daud
Perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
sholat ; dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya - Qs. 20 thaahaa: 132
Dari Hadis kita mendapati bahwa mendirikan
sholat sudah ditekankan mulai umur 7 tahun dan bila sampai usia 10 tahun belum
juga melaksanakannya maka kita seyogyanya mulai diberi penegasan berupa pukulan
sampai mereka mau mendirikannya. ; Tentu pukulan yang dimaksud disini tidak
dengan tujuan menyakiti apalagi sampai pada tingkat penganiayaan, namun sekedar
memberi pengajaran dan peringatan agar mau dan tidak malas untuk sholat.
Bukankah secara paradoks siksa Allah jauh lebih keras dari sekedar pukulan yang
kita berikan dalam rangka menyayangi anak-anak kita dan menghindarkan mereka
dari azab Allah ?
Jagalah dirimu dari hari dimana seseorang
tidak dapat membela orang lain walau sedikitpun dan hari tidak diterima
permintaan maaf serta tidak ada tebusan baginya dan tidaklah mereka akan
ditolong
Qs. 2 al-Baqarah : 48
Namun al-Quran juga disatu sisi tidak
menjelaskan secara detil sejak kapan dan bagaimana teknis pelaksanaan Sholat
yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Meski demikian al-Quran secara
tegas menyatakan bahwa Sholat sudah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya, seperti
perintah Sholat kepada Nabi Ibrahim dan anak cucunya[2], kepada Nabi Syu’aib[3], kepada Nabi Musa[4] dan kepada Nabi Isa
al-Masih[5]. Pernyataan
al-Qur’an tersebut
dibenarkan oleh cerita-cerita yang ada dalam Kitab Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru yang mengisahkan tata cara beribadah para Nabi sebelum Muhammad
yaitu ada berdiri, ruku dan sujud yang jika dirangkai maka menjadi Sholat
seperti Sholatnya umat Islam.
Segeralah Musa berlutut ke tanah, lalu sujud
menyembah
Perjanjian Lama – Kitab Keluaran 34:8
Masuklah, marilah kita sujud menyembah,
berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan
kita.
Perjanjian Lama – Kitab Mazmur 95:6
Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah,
menyembah
Perjanjian Lama – Kitab Yosua 5:14
Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu
ia membungkuk ke tanah,
dengan mukanya di antara kedua
lututnya
Perjanjian Lama – Kitab I Raja-raja 18:42
Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke
pintu Kemah Pertemuan,
lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan TUHAN
kepada mereka.
Perjanjian Lama – Kitab Bilangan 20:6
Kemudian ia menjauhkan diri dari mereka
kira-kira sepelempar batu jaraknya
lalu ia berlutut dan berdoa - Perjanjian Baru – Injil Lukas 22:41
Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan
berdoa
- Perjanjian Baru
– Injil Markus
14:35
Dari kenyataan ini, maka jelas bagi umat Islam
bahwa Sholat sudah menjadi suatu tradisi dan ajaran yang baku bagi semua Nabi
dan Rasul Allah sepanjang jaman, sebagaimana firman-Nya :
Sebagai ketentuan Allah yang telah berlaku
sejak dahulu, Kamu sekalipun tidak akan menemukan perubahan Bagi ketentuan ALLAH
itu
- Qs. 48 al-fath:
23
Kisah perjalanan Nabi Muhammad mengarungi
angkasa raya yang disebut dengan istilah Isra’ dan Mi’raj yang menceritakan awal
diperintahkannya Sholat kepada Nabi Muhammad sebagaimana terdapat dalam beberapa
hadis yang dianggap shahih atau valid oleh sejumlah ulama secara logika justru
mengandung banyak ketidaksesuaian dengan fakta sejarah dan ayat-ayat al-Quran
sendiri.
Menurut hadis, Isra’ dan Mi’raj terjadi sewaktu Khadijah, istri
pertama Rasulullah wafat, dimana peristiwa ini justru menjadi salah satu hiburan
bagi Nabi yang baru ditinggalkan oleh sang istri tercinta dan juga paman beliau,
Abu Thalib dimana tahun ini disebut dengan tahun duka cita atau aamul
ilzan[6].
Sementara sejarah juga mengatakan bahwa jauh
sebelum terjadinya Isra’ dan
Mi’raj, Nabi Muhammad
dipercaya telah melakukan Sholat berjemaah dengan Khadijjah sebagaimana yang
pernah dilihat dan ditanyakan oleh Ali bin abu Thalib yang kala itu masih
remaja[7].
Logikanya perintah Sholat telah diterima oleh
Nabi Muhammad bukan saat beliau Isra’ dan Mi’raj
namun jauh sebelum itu, apalagi secara obyektif ayat al-Qur’an yang menceritakan mengenai peristiwa
Mi’raj sama sekali tidak
menyinggung tentang adanya pemberian perintah Sholat kepada Nabi.[8] ; Pada kedua surah tersebut hanya
menekankan cerita perjalanan Nabi tersebut dalam rangka menunjukkan sebagian
dari kebesaran Allah dialam semesta sekaligus merupakan kali kedua bagi Nabi
melihat wujud asli dari malaikat Jibril setelah sebelumnya pernah beliau
saksikan saat pertama mendapat wahyu di gua Hira.
Selain itu, diluar hadis Isra’ dan Mi’raj yang menggambarkan Nabi memperoleh
perintah Sholat pada peristiwa tersebut, Imam Muslim dalam musnadnya ada
meriwayatkan sebuah hadis lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan cerita
Mi’raj namun disana
menjelaskan bagaimana Nabi mempelajari Sholat dari malaikat Jibril.
Dari Abu Mas’ud r.a. katanya : Rasulullah Saw
bersabda : turun Jibril, lalu dia menjadi imam bagiku Dan aku sholat bersamanya,
kemudian aku sholat bersamanya, lalu aku sholat bersamanya dan aku sholat
bersamanya dan aku sholat bersamanya Nabi menghitung dengan lima anak
jarinya - Hadis Riwayat Muslim[9]
Jika demikian adanya, bagaimana dengan
kebenaran hadis yang dipercaya oleh banyak orang bahwa perintah Sholat baru
diperoleh Nabi sewaktu isra’
dan mi’raj ?
Mungkin kedengarannya ekstrim, tetapi
meragukan atau malah menolak keabsahan validitas hadis-hadis tersebut bukanlah
perbuatan yang tercela apalagi berdosa, dalam hal ini kita tidak menolak dengan
tanpa dasar yang jelas, para perawi hadis tetaplah manusia biasa seperti kita
adanya, mereka juga bisa salah baik disengaja apalagi yang tanpa mereka sengaja
atau sadari, adalah kewajiban kita untuk melakukan koreksi jika mendapatkan
kesalahan pada riwayat hadis yang mereka lakukan tentunya dengan tetap menjaga
kehormatannya dan berharap semoga Allah mengampuni kesalahannya.
Beberapa kejanggalan variasi cerita
Isra’ dan Mi’raj diantaranya sebut saja kisah Nabi
Muhammad dan Buraq ketika berhenti di Baitul
maqdis dan melakukan sholat berjemaah didalam
masjidil aqsha bersama arwah
para Nabi sebelumnya, padahal sejarah mencatat bahwa masjid al-aqsha baru
dibangun pada masa pemerintahan Khalifah umar bin khatab tahun 637 masehi saat
penyerbuannya ke Palestina yang mana notabene saat itu Nabi Muhammad sendiri
sudah cukup lama wafat, beliau wafat tahun 632 masehi.
Cerita sholatnya Nabi Muhammad dan para arwah
inipun patut mengundang pertanyaan, sebab Nabi sudah melakukan sholat (menurut
hadis itu malah raka’atnya
berjumlah 2) sehingga pernyataan Nabi menerima perintah Sholat saat
Mi’raj sudah bertentangan
padahal kisah ini terjadi detik-detik sebelum mi’raj itu sendiri.
Belum lagi cerita sholatnya para arwah Nabi
pun rasanya tidak bisa kita terima dengan akal yang logis, masa kehidupan mereka
telah berakhir sebelum kelahiran Nabi Muhammad dan mereka sendiri sudah
menunaikan kewajiban masing-masing selaku Rasul Allah kepada umatnya, perlu apa
lagi mereka yang jasadnya sudah terkubur didalam tanah itu melakukan sholat
?
Setelah selesai sholat berjemaah, lalu satu
persatu para arwah Nabi dan Rasul itu memberi kata sambutannya … sungguh suatu hal yang terlalu
mengada-ada, karena jumlah mereka ada ribuan yang berasal dari berbagai daerah
dibelahan dunia ini, baik yang namanya tercantum dalam al-Quran ataupun
tidak[10], berapa lama waktu
yang habis diperlukan untuk mengadakan kata sambutan masing-masing para arwah
ini ?
Jika dimaksudkan agar semua Nabi dan Rasul itu
bertemu dan bersaksi mengenai kebenaran Muhammad, ini dibantah oleh al-Quran
sendiri yang menyatakan bahwa pada masa kehidupan mereka dan pengangkatan mereka
selaku Nabi dan Rasul, Allah telah mengambil perjanjian dari mereka mengenai
akan datangnya seorang Rasul yang membenarkan ajaran mereka sebelumnya lalu
terdapat perintah tersirat agar mereka menyampaikan kepada umatnya masing-masing
:
Dan ketika Allah mengambil perjanjian terhadap
para Nabi :
‘Jika datang
kepadamu Kitab dan Hikmah, lalu datang kepada kamu seorang Rasul yang
membenarkan apa-apa yang ada tentang diri kamu, hendaklah kamu imani ia secara
sebenarnya.’ ; Dia bertanya
: ‘Sudahkah kalian
menyanggupi dan menerima perjanjian-Ku tersebut ?’ ; Mereka menjawab : ‘Kami menyanggupinya !’ ; Dia berkata : ‘Saksikanlah ! dan Aku bersama kamu
adalah dari golongan mereka yang menyaksikan !’
- Qs. 3 ali imron: 81
Puncak kemustahilan cerita dari hadis-hadis
mi’raj adalah saat Nabi
Muhammad diberitakan telah bolak balik dari Allah ke arwah Nabi Musa untuk
penawaran jumlah sholat yang semula 50 kali menjadi 5 kali dalam sehari semalam,
apakah sedemikian bodohnya Nabi Muhammad itu sehingga dia harus diberi saran
berkali-kali oleh arwah Nabi Musa agar mau meminta keringanan kepada ALLAH
sampai 9 kali pulang pergi ?
Tidakkah kekurang ajaran arwah Nabi Musa dalam
cerita tersebut dengan menganggap Allah juga tidak mengerti akan kelemahan dan
keterbatasan umat Nabi Muhammad sebab tanpa dipikir dulu telah memberi beban
kewajiban yang pasti tidak mampu dikerjakan oleh mereka sehingga arwah Nabi Musa
itu harus turut campur memberi peringatan kepada Allah dan Nabi Muhammad lebih
dari sekali saja sebagai suatu indikasi israiliyat (hadis buatan orang-orang
Israel atau Yahudi yang sengaja dibuat untuk tetap memuliakan Nabi Musa diatas
yang lain) ?
Apakah hadis-hadis yang demikian ini masih
akan diterima dan dipertahankan hanya untuk mempertahankan dalil turunnya
perintah Sholat, sementara al-Qur’an sendiri yang nilai kebenarannya sangat pasti justru tidak
berbicara apa-apa tentang hal tersebut ?
Tidak diragukan bahwa Nabi Muhammad pernah
melakukan Isra’ dan
Mi’raj karena hal ini ada
didalam al-Quran dan bisa dianalisa secara ilmiah, tidak perlu diragukan pula
bahwa Sholat merupakan salah satu kewajiban utama seorang muslim sebab inipun
banyak sekali ayatnya didalam al-Quran dan hadis-hadis lain, bahkan sholat
merupakan tradisi yang diwariskan oleh semua Nabi dan Rasul dalam semua
jamannya. Hanya saja itu tidak berarti kaum muslimin bisa menerima semua riwayat
hadis yang isinya secara jelas mempunyai pertentangan dengan al-Quran dan
logika, sehingga akhirnya hanya akan menyerahkan akal pada kebodohan berpikir,
padahal Allah sendiri mewajibkan manusia untuk berpikir dan berdzikir didalam
membaca ayat-ayat-Nya.
[1] Misalnya jika
sakit boleh sholat dengan cara duduk, berbaring hingga hanya dengan kedipan mata
saja
[2] Lihat surah 21
al-anbiya ayat 73 dan surah 19 Maryam ayat 55
[3] Lihat surah 11
Huud ayat 87
[4] Lihat surah 20
Thaahaa ayat 14
[5] Lihat surah 19
Maryam ayat 31
[6] Drs. Abu Ahmadi,
Mutiara isra’ mi’raj, Penerbit Bumi Aksara, hal.
27
[7] Muhammad Husain
Haekal , Sejarah Hidup Muhammad, edisi besar, Penerbit Litera antarNusa, 1998,
hal. 87 – 88
[8] Lihat surah 17
al-israa ayat 1 dan surah 53 an-najm ayat 13 s/d 18
[9] Fachruddin HS,
Terjemah Hadits Shahih Muslim III, Bagian ke-26, Waktu Sembahyang Fardu dan
Kiblat, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hal. 170
[10] lihat surah 40
al-mu’min: 78 dan surah. 17
al-israa’: 15
Wassalam,
Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Secara kontekstual dan tersurat, tidak akan
ditemukan adanya ayat yang memerintahkan sholat lima waktu didalam
al-Qur’an. Akan tetapi
ketiadaan keterangan mengenainya bukan berarti perintah sholat lima waktu
sebagaimana dilakukan oleh umat Islam sekarang ini bertentangan dengan
al-Qur’an. Karena waktu yang
lima untuk sholat ini dijelaskan secara tersirat dalam beberapa ayat.
Kaum anti hadis, yaitu mereka yang enggan
menggunakan sunnah ataupun hadis Nabi dengan alasan bahwa hadis telah mengalami
distorsi dan susahnya memilah manakah yang benar-benar berasal dari Nabi dan
mana yang buatan atau rekayasa pihak-pihak tertentu sembari mengemukakan bahwa
al-Qur’an sudah cukup jelas
dan terperinci sehingga tidak lagi memerlukan penafsiran ataupun tambahan dari
hadis, biasanya akan mengatakan bahwa waktu sholat didalam al-Qur’an itu hanya tiga waktu bukan lima waktu,
yaitu Fajar, Wusthaa dan Isya, berikut akan coba kita kemukakan bahwa pendapat
yang demikian ini keliru.
Dan dirikanlah shalat itu pada dua bagian siang
(dzuhur dan ashar) dan disebagian dari malam (isya) - Qs. Huud 11 : 114
Ayat ini menunjukkan adanya dua waktu sholat
pada dua bagian bagian siang, kita semua tahu yang disebut siang itu adalah saat
matahari masih bersinar dan melampaui titik zenithnya. Kedua waktu ini
bersesuaian dengan hadis mengenai adanya sholat dzuhur dan ashar. Selanjutnya
diujung ayat disebut satu lagi waktu sholat yaitu pada sebagian malam, dan ini
bisa merujuk pada sholat isya, sehingga dari ayat ini saja bisa diperoleh tiga
waktu sholat, yaitu dzhuhur, ashar dan isya.
Hendaklah engkau mendirikan sholat diwaktu
tergelincirnya matahari (maghrib) sampai kelam malam (isya) dan dirikanlah
sholat subuh ...
- Qs. al-Israa 17:78
- Qs. al-Israa 17:78
Saat matahari tergelincir yaitu saat yang
disebut dengan syafaq atau senja, ayat ini merujuk akan adanya kewajiban
mendirikan sholat maghrib pada waktu tersebut. Sedangkan kelam malam adalah
waktu dimana matahari sudah tenggelam dan kegelapan pekat menyelimuti bumi
dimana waktu-waktu ini sangat baik untuk melaksanakan sholat (lihat pula surah
al-Muzammil 73 ayat 2 s/d 4) dan sholat yang demikian bisa juga kita pahami
sebagai sholat isya. Sedangkan akhir ayat secara jelas merujuk pada sholat fajar
atau sholat subuh, sehingga tidak perlu kita bahas lebih jauh.
Dari kedua ayat ini saja, kita sudah memperoleh
gambaran bahwa sholat itu sebenarnya memang ada lima waktu, sama seperti yang
bisa ditemui dalam hadis-hadis Nabi serta yang menjadi tradisi kaum muslim dari
jaman kejamannya. Yaitu sholat Subuh, Maghrib dan Isya tercantum dalam surah
al-Israa’ 17 ayat 78 dan
sholat Dzuhur dan Ashar tercantum pada surah Huud 11 ayat 114.
Selanjutnya kita akan membahas pula surah
an-Nuur yang menyatakan adanya 3 waktu sholat.
.... meminta izin kepadamu pada 3 waktu,
sebelum sholat subuh dan ketika kamu melepaskan pakaianmu ditengah hari (dzuhur)
dan setelah sholat Isya', itulah 3 aurat buat kamu. Tidak ada larangan atas kamu
selain dari itu. – Qs.
an-Nuur 24 : 58
Pertama, dalam ayat ini ada istilah malakat
aimanukum ada yang menterjemahkannya sebagai hamba sahaya, ada yang
menterjemahkan sebagai budak dan ada pula yang menterjemahkan sebagai
orang-orang yang berada dibawah tata hukum kita seperti misalnya pembantu,
tukang kebun, anak-anak yang belum cukup umur dan semacamnya.
Hal yang kedua, bahwa ayat ini berbicara juga
mengenai aurat yang terbuka, dimana harus dipahami berkenaan dengan tata krama
yang harus dilakukan oleh mereka-mereka yang ada dalam istilah malakat aimanukum
untuk menemui Nabi (konteks waktu itu) atau untuk bertemu dengan kita (dalam
konteks sekarang) dimana ketiga waktu ini bila kita telusuri dengan logika
merupakan waktu-waktu dimana kita memang secara umum sedang dalam keadaan
beristirahat.
Misalnya waktu sebelum subuh, adalah waktu
dimana sebagian dari kita masih ada yang terlelap dalam tidur panjang, dan sudah
sama-sama dimaklumi bila kita tidur maka keadaan pakaian yang kita pakaipun akan
acak-acakan, ada yang tidur dengan buka baju, ada yang hanya pakai celana
pendek, ada juga yang pakai baju tidur ada juga yang memakai rok longgar yang
mana bagi kaum wanita saat itu bisa saja posisinya sedang dalam keadaan tertentu
sehingga dikhawatirkan pula dapat membuat syahwat bergolak. Karenanya alasan
meminta izin sebelum langsung masuk menemui kita bisa diterima secara baik.
Lalu tengah hari disebutkan saat kita
menanggalkan pakaian, ini secara umum dalam konteks masa kini adalah waktu
dimana kita sedang beristirahat melepas lelah, habis bersantap siang jika tidak
sedang berpuasa, dan saat kita mengaso yang mana ada diantara kita melakukannya
sambil tidur-tiduran, buka baju atau menggantinya dengan baju dalam karena siang
hari biasanya keadaan diluar rumah sangat panas menyengat.
Demikian pula dengan waktu setelah sholat
Isya', dimana kita biasanya sudah bersiap untuk tidur dan auratpun sudah tidak
menjadi perhatian lagi, misalnya wanita ada yang sudah buka jilbab, ada yang
menggunakan pakaian tidur longgar, yang lelaki dengan alasan panas menggunakan
celana pendek, melepas baju dan sebagainya.
Jadi ketiga waktu yang disebut dalam al-Qur'an
sebagai waktu terbukanya aurat ini tidak mengindikasikan masalah waktunya tiga
sholat wajib melainkan tiga waktu dimana orang-orang dalam kategori malakat
aimanukum harus meminta izin sebelum masuk menemui kita.
Wassalam,
Kemudahan Dalam Shalat
Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Tidak bisa dipungkiri, sholat dianggap oleh
kebanyakan dari umat Islam sebagai sebuah ritual yang sangat berat untuk
dikerjakan apalagi untuk melengkapinya sejumlah lima waktu seperti yang
diperintahkan oleh Allah melalui Nabi-Nya.; Belum lagi dengan banyaknya
syarat-syarat yang ditetapkan oleh para ulama sehingga sholat dirasakan semakin
kompleks dan penuh aturan. Padahal sebenarnya ajaran Islam tidak rumit apalagi
bersifat memberatkan umatnya.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menginginkan kesukaran bagimu - Qs. 2 al-Baqarah : 185
Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar kesanggupannya - Qs. 6 al-an’aam: 152
Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, sabdanya :
sesungguhnya Islam itu mudah ; dan barang siapa yang memperberatnya, ia akan
dikalahkan oleh agamanya - Hadis Riwayat Bukhari
Islam sebagai agama wahyu merupakan ajaran
rasional, tidak bertentangan dengan fitrah manusia yang diciptakan oleh Yang
Maha pembuat wahyu itu sendiri.; karenanya, pembuat mobil Kijang tentu tidak
akan memberikan buku petunjuk (manual book) untuk mobil Sedan, demikian juga
sebaliknya.
Begitulah Islam, dia diturunkan oleh Allah yang
menciptakan manusia, maka bagaimana mungkin Allah akan menurunkan buku petunjuk
berisi pedoman yang tidak sesuai dengan karakteristik manusia itu sendiri ?
Sesuai isi hadis diatas, Nabi berpesan agar
manusia tidak memperberat ajaran Islam sebab hanya akan membuat manusia itu
dikalahkan oleh agama. Dimana akhirnya tidak akan ada amal yang sempat diperbuat
oleh simanusia itu sendiri karena dia selalu memandang semua perintah agama itu
sulit dan berat untuk dilakukan sehingga akhirnya tidak ada satupun kewajiban
agama yang dijalankannya. Perintah sholat salah satu kewajiban yang memiliki
banyak kemudahan dalam praktek pengamalannya, berikut beberapa poin penting
kemudahan tersebut :
1.Jika saat waktu sholat tiba namun mata
mengantuk, maka lebih utama untuk menundanya setelah bangun dari tidur :
Dari ‘Aisyah : Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda : ‘Apabila seseorang dari kamu mengantuk dan
dia hendak sholat maka tidurlah sampai kantuknya hilang. Karena apabila
seseorang sholat dalam keadaan mengantuk, dia tidak sadar, bisa saja dia hendak
meminta ampun kepada Tuhan tetapi dia malah memaki dirinya sendiri’
- Hadis Riwayat Bukhari
- Hadis Riwayat Bukhari
2.Bila memang kita belum melakukan sholat namun
ketiduran, maka sholat boleh dikerjakan saat bangun tidurnya :
Dari Abu Qatadah ia berkata : ‘Sahabat-sahabat menceritakan kepada Nabi
Saw tentang tertidurnya mereka sebelum sholat, lalu Nabi Saw bersabda :
sesungguhnya didalam tidur itu tidak ada kelalaian karena kelalaian itu hanyalah
dalam keadaan terjaga karenanya apabila salah seorang diantara kamu lupa sholat
atau tertidur maka sholatlah ketika ingat ! ‘ - Hadis Riwayat Nasai dan Tirmidzi
3.Bila bangun kesiangan tetapi sholat subuh
belum ditunaikan, tetap syah mengerjakannya meskipun hari sudah tidak lagi subuh
:
Dari Abu Rajak dari ‘Auf dari Imran, katanya : Adalah kami
pada suatu perjalanan bersama dengan Nabi Saw dan kami berjalan malam hari dan
ketika larut malam, tidurlah kami dan tidak ada tidur yang lebih nyenyak dari
itu bagi orang musafir tidak ada yang membangunkan kami selain panas matahari.
Nabi Saw apabila beliau tidur tidak dibangunkan
sampai beliau bangun sendirinya, kami tidak tahu apa yang sedang terjadi dalam
tidurnya. Setelah umar bangun dan dilihatnya apa yang terjadi pada orang banyak
(mereka masih tidur sementara matahari telah tinggi) maka umar yang
berkepribadian keras lalu bertakbir dan dikeraskannya suaranya membaca takbir
itu hingga bangunlah Nabi Saw;
Setelah Nabi bangun, mereka mengadukan kepada
Nabi hal kesiangan mereka ; Jawab Nabi : tidak mengapa dan mari kita berangkat !
lalu Nabi berangkat dan setelah berjalan tidak seberapa jauh, Nabi berhenti dan meminta air untuk berwudhu’, lalu Nabi berwudhu’ dan orang banyakpun dipanggil untuk sholat, maka sholatlah Nabi bersama mereka – Hadis Riwayat Bukhari
lalu Nabi berangkat dan setelah berjalan tidak seberapa jauh, Nabi berhenti dan meminta air untuk berwudhu’, lalu Nabi berwudhu’ dan orang banyakpun dipanggil untuk sholat, maka sholatlah Nabi bersama mereka – Hadis Riwayat Bukhari
4.Bila lupa mengerjakan sholat, maka boleh melakukannya setelah ingat.
Dari Anas, dari Nabi Saw sabdanya :’Barang siapa yang lupa mengerjakan sholat
maka sholatlah setelah dia ingat tidak ada hukuman baginya selain dari itu dan
kerjakanlah sholat untuk mengingat Tuhan.’
- Hadis Riwayat Bukhari
- Hadis Riwayat Bukhari
5.Bila tubuh sedang letih, boleh melakukan
sholat sambil duduk
Nabi Saw datang kerumah zainab (salah seorang
puteri beliau)
Kebetulan disitu ada tali terbentang antara dua tonggak; Nabi bertanya : tali apa ini ? Orang banyak menjawab : tali untuk zainab apabila ia letih mengerjakan sholat berpeganglah ia ditali itu ;
sabda Nabi : Tidak boleh, bukalah !
Hendaklah kamu mengerjakan sholat menurut kesanggupannya ; apabila telah letih, duduklah - Hadis Riwayat Bukhari
Kebetulan disitu ada tali terbentang antara dua tonggak; Nabi bertanya : tali apa ini ? Orang banyak menjawab : tali untuk zainab apabila ia letih mengerjakan sholat berpeganglah ia ditali itu ;
sabda Nabi : Tidak boleh, bukalah !
Hendaklah kamu mengerjakan sholat menurut kesanggupannya ; apabila telah letih, duduklah - Hadis Riwayat Bukhari
6.Bila cuaca sedang panas, bisa menunggu hingga
sampai keadaan cuaca mereda
Dari Abu Dzar, ia berkata : ‘Kami pernah bersama Nabi Saw, ketika
muadzin hendak azan Zhuhur, Nabi bersabda : Tunggulah sampai dingin ; Kemudian
muadzin hendak azan lagi, Nabi bersabda kepadanya : ‘Tunggulah sampai dingin’ ! ; Sehingga kami melihat bayangan
bukit, lalu Nabi bersabda : Sesungguhnya panas itu uap neraka, karenanya bila
keadaan sangat panas maka akhirkanlah waktu sholat sampai dingin !’ - Hadis Riwayat Ahmad, Bukhari dan
Muslim
7.Bila saat sholat berbenturan dengan waktu
makan, maka boleh mendahulukan makan sebab sholat dalam keadaan lapar sementara
makanan sudah siap diatas meja hanya akan membuat pikiran tidak tenang dan
konsentrasi sholat menjadi terganggu
Dari ‘Aisyah, bahwa Nabi Saw bersabda : ‘ Apabila akan didirikan sholat, sedangkan
makan malam telah dihidangkan maka dahulukanlah makan malam itu’ - Hadis Riwayat Ahmad, Bukhari dan
Muslim
8.Bila sedang dalam perjalanan, kita boleh
menyingkat sholat yang tadinya berjumlah empat raka’at menjadi dua raka’at saja
Dari Ibnu Umar, r.a, katanya : ‘Pernah saya menemani Nabi Saw dan sholat
beliau dalam perjalanan tidak lebih dari dua raka’at’
- Hadis Riwayat Bukhari
- Hadis Riwayat Bukhari
9.Wanita yang sedang dalam keadaan menstruasi
diperbolehkan untuk meninggalkan sholat mereka
Dari ‘Aisyah r.a : …
(disingkat -pen) ; Nabi menjawab : ‘Karena itu, apabila datang darah haid, tinggalkan sholat dan bila
darah haid itu habis maka mandilah untuk sholat ‘ - Hadis Riwayat Bukhari
10.Boleh mengerjakan sholat dimana saja tanpa
harus melakukannya disurau, masjid dan sejenisnya :
Dari Jabir bin Abdullah r.a, katanya :
‘Rasulullah Saw pernah
bersabda: dijadikan bumi untukku menjadi alat bersuci dan tempat sujud; karena
itu, sholatlah kamu dimana saja kamu mendapati waktu sholat
- Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim
- Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim
11. Kerjakanlah sholat sesuai kondisi tubuh :
Dari ‘Ali, r.a, katanya : bersabda Nabi Saw : ‘ Sholatlah orang yang sakit dengan
berdiri jika ia bisa ; bila tidak mampu maka sholatlah dengan duduk ; jika tidak
mampu untuk sujud, isyaratkan saja dengan kepala ; dan dijadikannya sujudnya itu
lebih rendah dari ruku’nya ;
jika tidak mampu sholat duduk, maka sholatlah sambil berbaring kekanan serta
menghadap kiblat; jika tidak mampu juga maka sholatlah dengan menelentang ;
sedang kedua kakinya membujur kearah kiblat’
Hadis Riwayat Daruquthni
Hadis Riwayat Daruquthni
12. Sholat tidak menghalangi kita untuk tetap
menjaga balita
Dari Abu Qatadah al Anshari : Sesungguhnya
Rasulullah Saw sholat sambil mendukung Umamah binti zainab binti Rasulullah;
apabila Nabi sujud, diletakkannya Umamah itu dan saat ia berdiri didukungnya
kembali - Hadis Riwayat Bukhari
Dari Abu Hurairah berkata : Kami Sholat
Isya’ beserta Nabi ; Apabila
beliau bersujud, Hasan dan Husen melompat atas punggungnya; Karena itu, apabila
Nabi mengangkat kepalanya beliau mengangkat Hasan dan Husen dari punggung dengan
lembut dan mendudukkannya ke lantai; ketika Nabi kembali sujud, Hasan dan Husen
kembali menduduki punggungnya ; demikian keadaan itu berlangsung hingga selesai
sholat
sesudah selesai sholat, Nabi mendudukkan salah seorangnya keatas pahanya - Hadis Riwayat Ahmad
sesudah selesai sholat, Nabi mendudukkan salah seorangnya keatas pahanya - Hadis Riwayat Ahmad
13. Meskipun sholat berjemaah itu baik, namun
bila sebagai makmum kita datang terlambat padahal imam sudah memulai
raka’at sholatnya, tidak
perlu berlari mengejar ketinggalan :
Dari Abu Hurairah, katanya : Saya mendengar
Rasulullah Saw bersabda : ‘Apabila kamu mendapati orang telah sholat, janganlah kamu
berlari-lari mengejarnya berjalanlah seperti biasa dan hendaklah kamu bersikap
tenang diraka’at mana kamu
dapatkan, teruskanlah dan mana yang ketinggalan maka sempurnakanlah – Hadis Riwayat Bukhari
14. Hujan dan becek tidak menghalangi sholat
Kata Abu Sa’id al Khudri : ‘Datang awan gelap, maka hujanlah hari
sampai bocor atap masjid dan atap itu dari pelepah batang korma ; lalu orang
sholat dan kulihat Rasulullah Saw sujud diatas air dan tanah hingga kulihat
bekas-bekas tanah dikeningnya – Hadis Riwayat Bukhari
Demikianlah beberapa poin kemudahan yang ada
dalam sholat yang sudah diberikan Allah melalui Rasul-Nya dan telah diteladani
pula oleh keluarga dan sahabatnya, sehingga tidak ada alasan bagi kita selaku
umat Islam untuk melalaikan sholat apalagi sampai membuatnya seolah suatu ritual
yang sangat rumit dan tidak manusiawi.
Sholatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku
sholat
Hadis Riwayat Ahmad dan Bukhari dari Malik bin al-huwairits
Hadis Riwayat Ahmad dan Bukhari dari Malik bin al-huwairits
Wassalam,
0 komentar:
Bismillahirrahmaanirrohiim
Sialahkan menanggapi dengan bahasa yang baik dan sopan... !